TAUSIYAH : Munafik

Tausiyah : Munafik

Riwayat ini merupakan asbabunnuzul atau sebab turunnya Firman ALLAH dalam Al-Qur'an Surat At Taubah: 75-76 sebagaimana dikutip dan diceritakan kembali di Bab Keuatamaan Sifat Dermawan, Kitab Duratun Nasihin. "Do'akanlah saya kepada ALLAH, agar DIA menganugerahi saya harta," kata Tsa'labah.

Bagaimanapun menjaga istiqamah bukanlah hal mudah walaupun mereka menyatakan dirinya telah mengerjakan sholat, menghafal Al-Qur'an, puasa dan ibadat-ibadat lainnya. Banyak tokoh (orang) yang gagal dikisahkan dalam Al-Qur'an dengan maksud untuk mengambil hikmah serta pembelajaran dalam kehidupan di dunia ini guna mencapai keselamatan di akhirat kelak.
Tsa'labah Ibn Hathib Al-Anshari adalah contoh orang yang gagal menjaga sikap istiqamahnya. Dia membuat ALLAH geram atas sifat kikirnya. Empat ayat diturunkan ALLAH untuk mengingatkannya dan mengingatkan umat Muslim lainnya di seluruh penjuru dunia.
Suatu hari Tsa'labah dikisahkan datang menghadap Rasulullah SAW. Tanpa basa-basi (malu-malu) dia minta Rasulullah SAW untuk memohon kepada ALLAH supaya dia dianugerahi rezeki yang berlimpah-limpah. Namun, Rasulullah SAW menolak permintaan tersebut.
Meskipun demikian, Tsa'labah tidak bosan-bosannya (tidak berhenti) mendesak Rasulullah SAW untuk memenuhi mahunya. Do'akanlah kepada ALLAH agar DIA memberiku harta kekayaan, pinta Tsa'labah.
Meski kerap (selalu) ditolak, Tsa'labah memohon sekali lagi. Namun, kali ini pun Rasulullah menolak kembali. "Apakah kamu tidak senang menjadi manusia seperti Nabi ALLAH? Demi Zat yang menguasai diriku, andaikan aku ingin agar gunung itu berjalan di sampingku sebagai emas dan perak, niscaya ia melakukannya," tutur Rasulullah SAW.
Untuk meluruhkan hati Rasulullah SAW, Tsa'labah kemudian mengucapkan sumpahnya. "Demi Zat yang telah mengutusmu dengan hak. Jika engkau memohon kepada ALLAH, lalu DIA memberiku harta kekayaan, niscaya aku akan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya", ujarnya.
Rasullulah SAW memegang janji Tsa'labah. Dia akhirnya mengamini keinginan Tsa'labah dan berDo'a untuk Tsa'labah agar ALLAH memberikannya rezeki dan memberkahinya. "Ya ALLAH, anugerahkanlah harta kekayaan kepada Tsa'labah, ujar Nabi SAW.
ALLAH memenuhi Do'a Rasulullah SAW, sehingga akhirnya Tsa'labah mendapatkan seekor unta dan domba. Tsa'labah sangat senang. Setiap hari dia berusaha menggemukkan ternaknya, membuat ternaknya boleh menghasilkan susu yang banyak untuk bisa dijual. Tsa'labah masih teguh bersikap istiqamah saat memenuhi panggilan jihad pada Perang Badar.
Seusai perang, dia kembali pada ternaknya. Dia menggembalakannya, menggemukkan yang kurus, dan membesarkan yang kecil. Hari-harinya semakin sibuk seiring bertambahnya jumlah ternak yang dimilikinya. Mereka beranak pinak bak belatung (ulat) yang mudah beranak-pinak, hingga Madinah menjadi penuh sesak dengan binatang ternaknya.
Akibatnya, dia dan ternaknya menyingkir dan tinggal di sebuah lembah di dekat Madinah sehingga dia masih bisa Sholat Zuhur dan Ashar dengan berjama'ah. Sedangkan, sholat lainnya dilakukannya sendirian.
Ternaknya terus-menerus bertambah, bertambah, bertambah dan dia menjadi sangat sibuk. Akhirnya, Tsa'labah mulai meninggalkan Sholat Jumaat. Dia hanya menemui orang-orang yang lewat di padang gembalaannya untuk menuju Sholat Jumaat di Masjid Madinah dan hanya untuk menanyakan kabar.
Saat itu, Rasulullah SAW menangkap ada hal yang aneh dari Tsa'labah. Dia pun bertanya kepada dua pengendara unta yang ditemuinya. Apa yang dilakukan oleh Tsa'labah? Mereka menceritakan soal ternak Tsa'labah kepada Nabi SAW. Rasulullah SAW terkejut dan bersabda, "Aduh celaka Tsa'labah, aduh celaka Tsa'labah, celaka Tsa'labah".
Tsa'labah juga bersikap kikir. Dia menghindari kewajiban berzakat (zakat). "Ini hanyalah pajak, ini adalah semacam pajak. Aku tidak tahu, apa ini? Pergilah sehingga selesai tugasmu, nanti kembali lagi kepadaku," elak Tsa'labah kepada utusan Rasulullah SAW.
Kabar ini sampai ke telinga Nabi SAW dan membuatnya gusar. Maka, ALLAH kembali menurunkan firman-NYA dalam Surah At-Taubah ayat 75-77 yang berisi sindiran kepada orang-orang yang sebelumnya berikrar akan menyedekahkan sebahagian hartanya jika dikaruniai oleh ALLAH berupa kekayaan, tetapi setelah diberi kekayaan mereka justru menjadi kikir dan berpaling.
Kerana sikap seperti itu, ALLAH kemudian menanamkan kemunafikan pada hati mereka sampai tiba ajal mereka, sebab mereka telah memungkiri ikrar dan berdusta (tipu / bohong).
👈🏻 Ingat ini, mereka telah berjanji bahkan mereka menyatakan diri sedia Tarekat, Hakikat untuk Makrifat yang bermakna membersihkan (mensucikan) diri mereka dari perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) dan dari penyakit hati, tapi mereka mempertahankan diri mereka dari berbuat salah, tidak meninggalkan maksiat.
Ketika ayat tersebut di atas itu disampaikan Rasulullah SAW kepada para Sahabatnya, ada salah seorang kerabat Tsa'labah yang ikut mendengar dan kemudian menyampaikan hal itu kepada Tsa'labah, hingga Tsa'labah menjadi kalang kabut (ketakutan). Dia pun pergi menemui Nabi SAW dan memohon agar Beliau SAW mahu menerima zakat darinya.
Namun, Nabi SAW tak mahu menerimanya. Sesungguhnya ALLAH melarangku untuk menerima zakatmu. Kemudian, Tsa'labah yang sangat menyesal melaburi kepalanya dengan tanah. Lalu, Rasulullah SAW berkata kepadanya, "Inilah amalanmu. Aku telah memerintahkan sesuatu kepadamu, tetapi engkau tidak mahu mematuhiku". Hingga Rasulullah SAW dan para Khalifah tidak ada yang menerima zakatnya.
Demikianlah kisah-kisah keistiqamahan dalam Al-Qur'an yang ALLAH nyatakan dengan jelas. Sikap istiqamah membawa para pelakunya menjadi penghuni surga. Mereka kekal didalamnya dan menikmati ganjaran atas semua amal perbuatannya.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: TUHAN kami ialah ALLAH. Kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berdukacita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan. (QS. Al- Ahqaf: 13-14)
Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinannya dengan berkata: "TUHAN kami ialah ALLAH", kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul (dengan pengakuan iman dan tauhidnya itu), maka tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. Merekalah ahli Syurga, tetap kekallah mereka di dalamnya, sebagai balasan bagi amal-amal soleh yang mereka telah kerjakan. (QS. Al-Ahqaaf [46]: 13 - 14)
Bersikaplah istiqamah, namun kalian tidak akan dapat menghitung nilai istiqamah. Ketahuilah, bahawa amalan kalian yang terbaik adalah sholat. Yang dapat memelihara wudhu hanyalah orang beriman. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dan di antara mereka ada yang membuat janji dengan ALLAH dengan berkata: "Sesungguhnya jika ALLAH memberi kepada kami dari limpah kurnia-NYA, tentulah kami akan bersedekah, dan tentulah kami akan menjadi dari orang-orang yang soleh"
(QS. At-Taubah [9]: 75)
Kemudian setelah ALLAH memberi kepada mereka dari limpah kurnia-NYA, mereka bakhil dengan pemberian ALLAH itu, serta mereka membelakangkan janjinya; dan sememangnya mereka orang-orang yang sentiasa membelakangkan (kebajikan).
(QS At-Taubah [9]: 76)
Akibatnya ALLAH menimbulkan perasaan munafik dalam hati mereka (berkekalan) hingga ke masa mereka menemui ALLAH, kerana mereka telah memungkiri apa yang mereka janjikan kepada ALLAH dan juga kerana mereka sentiasa berdusta.
(QS. At-Taubah [9]: 77)
Wallahu A'lam Bishawab.
Terimakasih.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan Bin Achmad Chaidir Ilham