Tausiyah : *Pengkhianatan Terhadap Amanah adalah Dosa Besar*
Amanah adalah sifat mulia. Sehingga amat disayangkan jika kaum Muslimin kehilangan sifat mulia ini.
Padahal ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-NYA Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memerintahkan kepada setiap muslim untuk menunaikan amanah, menjelaskan akibat buruk mengabaikan dan melalaikan amanah.
Kebodohan seorang muslim kerana tidak faham akan pentingnya amanah dan dirinya yang jahat, telah membuatnya meninggalkan perintah ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala, sekaligus telah bermaksiat, bahkan dapat menjadi dosa besar, apatahlagi jika telah mengetahui hukumnya, tetapi justru menyia-nyiakan amanah tersebut.
Oleh kerana itu, sebagai seorang muslim, kita sentiasa berusaha keras (kuat) dan sungguh-sungguh membebaskan diri dari kejahilan dan berbuat jahat, iaini dengan belajar dan menuntut ilmu syar’i secara umum, dan memahami urgensi amanah ini secara khusus, serta mengamalkannya. Dengan tetap terus memohon dan berDo'a kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala agar kita sentiasa diberi taufiq, hidayah, dan segala kemudahan dalam menuntut ilmu syar’i, memahaminya, serta merealisasikan syariat Islam yang sempurna dan mulia ini dalam keseharian (kehidupan sehari-hari).
*Makna Amanah*
Al-Imam Ibnu Al-Katsir Rahimahullah berkata, amanah dapat bermakna ketaatan, ibadah, titipan, kepercayaan, dan jaminan keamanan.
Begitu juga Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah membawakan beberapa perkataan dari sahabat dan Tabi’in tentang makna amanah ini. Ketika menafsirkan Surah Al-Ahzab ayat 72, Al-Hafizh Ibnu Katsir membawakan beberapa perkataan Sahabat dan Tabi’in tentang makna amanah dengan menyatakan, makna amanah adalah ketaatan, kewajiban-kewajiban, (perintah-perintah) agama, dan batasan-batasan hukum.
Asy-Syaikh Al-Mubarakfuri Rahimahullah berkata, ”(Amanah) adalah segala sesuatu yang mewajibkan engkau untuk menunaikannya”.
Adapun menurut Asy-Syaikh Masyhur bin Hasan Abu Salman Al-Hafizhahullah, amanah adalah kepercayaan orang berupa barang-barang titipan, dan perintah ALLAH berupa sholat, puasa, zakat dan semisalnya, menjaga kemaluan dari hal-hal haram, dan menjaga seluruh anggota tubuh / badan dari segala perbuatan dosa.
Sedangkan Asy-Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali Al-Hafizhahullah menjelaskan, amanah adalah sebuah perintah menyeluruh dan mencakup segala hal berkaitan dengan perkara-perkara, yang dengannya seseorang terbebani untuk menunaikannya (melakukannya), atau ia dipercaya dengannya.
Sehingga amanah ini mencakup seluruh hak-hak ALLAH atas seseorang, seperti perintah-perintah-NYA yang wajib. Juga meliputi hak-hak orang lain, seperti barang-barang titipan (yang harus ditunaikan dan disampaikan kepada si pemiliknya).
Sehingga, sudah semestinya seseorang yang dibebani amanah, ia menunaikannya dengan sebaik-baiknya dengan menyampaikan kepada pemiliknya. Ia tidak boleh menyembunyikan, mengingkari, atau bahkan menggunakannya tanpa izin yang syar’i.
Asy-Syaikh Husain bin Abdul Aziz Abu Asy-Syaikh Al-Hafizhahullah juga menjelaskan:
“Para Ulama telah berkata, hal-hal yang termasuk amanah sangatlah banyak. Kaidah dan dasar hukumnya adalah segala sesuatu yang seseorang terbebani dengannya, dan hak-hak yang telah diperintahkan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala agar ia memelihara dan menunaikannya, baik berkaitan dengan agama, jiwa manusia, akal, harta, dan kehormatan harga diri”.
*Di Antara Dalil-Dalil Al-Qur'an yang Menjelaskan Tentang Amanah*
1. Surah An-Nisa ayat 58:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
“Sesungguhnya ALLAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah di dalam Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (2/338-339) berkata: ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala telah mengabarkan bahawa sesungguhnya IA memerintahkan (kepada kita) untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya. Dalam sebuah hadits dari Al-Hasan, dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْـتَمَنَكَ، وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu”. [Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Ahlus Sunah].
Ini mencakup seluruh jenis amanah yang wajib ditunaikan oleh seseorang yang dibebani dengannya.
Baik (amanah itu) berupa hak-hak ALLAH atas hamba-NYA, seperti (menunaikan) sholat, zakat, nadzar, puasa, dan lain-lainnya yang ia terbebani dengannya dan tidak terlihat oleh hamba-hamba ALLAH lainnya.
Ataupun berupa hak-hak sesama manusia, seperti barang-barang titipan, dan yang semisalnya, yang mereka saling mempercayai (kepercayaan) satu orang dengan yang lainnya tanpa ada bukti atasnya.
Maka, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkannya untuk menunaikannya. Barangsiapa yang tidak menunaikannya, akan diambil darinya pada hari Kiamat kelak.
Wallahu A'lam Bishawab.Amanah adalah sifat mulia. Sehingga amat disayangkan jika kaum Muslimin kehilangan sifat mulia ini.
Padahal ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-NYA Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memerintahkan kepada setiap muslim untuk menunaikan amanah, menjelaskan akibat buruk mengabaikan dan melalaikan amanah.
Kebodohan seorang muslim kerana tidak faham akan pentingnya amanah dan dirinya yang jahat, telah membuatnya meninggalkan perintah ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala, sekaligus telah bermaksiat, bahkan dapat menjadi dosa besar, apatahlagi jika telah mengetahui hukumnya, tetapi justru menyia-nyiakan amanah tersebut.
Oleh kerana itu, sebagai seorang muslim, kita sentiasa berusaha keras (kuat) dan sungguh-sungguh membebaskan diri dari kejahilan dan berbuat jahat, iaini dengan belajar dan menuntut ilmu syar’i secara umum, dan memahami urgensi amanah ini secara khusus, serta mengamalkannya. Dengan tetap terus memohon dan berDo'a kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala agar kita sentiasa diberi taufiq, hidayah, dan segala kemudahan dalam menuntut ilmu syar’i, memahaminya, serta merealisasikan syariat Islam yang sempurna dan mulia ini dalam keseharian (kehidupan sehari-hari).
*Makna Amanah*
Al-Imam Ibnu Al-Katsir Rahimahullah berkata, amanah dapat bermakna ketaatan, ibadah, titipan, kepercayaan, dan jaminan keamanan.
Begitu juga Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah membawakan beberapa perkataan dari sahabat dan Tabi’in tentang makna amanah ini. Ketika menafsirkan Surah Al-Ahzab ayat 72, Al-Hafizh Ibnu Katsir membawakan beberapa perkataan Sahabat dan Tabi’in tentang makna amanah dengan menyatakan, makna amanah adalah ketaatan, kewajiban-kewajiban, (perintah-perintah) agama, dan batasan-batasan hukum.
Asy-Syaikh Al-Mubarakfuri Rahimahullah berkata, ”(Amanah) adalah segala sesuatu yang mewajibkan engkau untuk menunaikannya”.
Adapun menurut Asy-Syaikh Masyhur bin Hasan Abu Salman Al-Hafizhahullah, amanah adalah kepercayaan orang berupa barang-barang titipan, dan perintah ALLAH berupa sholat, puasa, zakat dan semisalnya, menjaga kemaluan dari hal-hal haram, dan menjaga seluruh anggota tubuh / badan dari segala perbuatan dosa.
Sedangkan Asy-Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali Al-Hafizhahullah menjelaskan, amanah adalah sebuah perintah menyeluruh dan mencakup segala hal berkaitan dengan perkara-perkara, yang dengannya seseorang terbebani untuk menunaikannya (melakukannya), atau ia dipercaya dengannya.
Sehingga amanah ini mencakup seluruh hak-hak ALLAH atas seseorang, seperti perintah-perintah-NYA yang wajib. Juga meliputi hak-hak orang lain, seperti barang-barang titipan (yang harus ditunaikan dan disampaikan kepada si pemiliknya).
Sehingga, sudah semestinya seseorang yang dibebani amanah, ia menunaikannya dengan sebaik-baiknya dengan menyampaikan kepada pemiliknya. Ia tidak boleh menyembunyikan, mengingkari, atau bahkan menggunakannya tanpa izin yang syar’i.
Asy-Syaikh Husain bin Abdul Aziz Abu Asy-Syaikh Al-Hafizhahullah juga menjelaskan:
“Para Ulama telah berkata, hal-hal yang termasuk amanah sangatlah banyak. Kaidah dan dasar hukumnya adalah segala sesuatu yang seseorang terbebani dengannya, dan hak-hak yang telah diperintahkan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala agar ia memelihara dan menunaikannya, baik berkaitan dengan agama, jiwa manusia, akal, harta, dan kehormatan harga diri”.
*Di Antara Dalil-Dalil Al-Qur'an yang Menjelaskan Tentang Amanah*
1. Surah An-Nisa ayat 58:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
“Sesungguhnya ALLAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah di dalam Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (2/338-339) berkata: ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala telah mengabarkan bahawa sesungguhnya IA memerintahkan (kepada kita) untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya. Dalam sebuah hadits dari Al-Hasan, dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْـتَمَنَكَ، وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu”. [Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Ahlus Sunah].
Ini mencakup seluruh jenis amanah yang wajib ditunaikan oleh seseorang yang dibebani dengannya.
Baik (amanah itu) berupa hak-hak ALLAH atas hamba-NYA, seperti (menunaikan) sholat, zakat, nadzar, puasa, dan lain-lainnya yang ia terbebani dengannya dan tidak terlihat oleh hamba-hamba ALLAH lainnya.
Ataupun berupa hak-hak sesama manusia, seperti barang-barang titipan, dan yang semisalnya, yang mereka saling mempercayai (kepercayaan) satu orang dengan yang lainnya tanpa ada bukti atasnya.
Maka, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkannya untuk menunaikannya. Barangsiapa yang tidak menunaikannya, akan diambil darinya pada hari Kiamat kelak.