Tausiyah :*R a i h M a k r i f a t*
Makrifatullah adalah keadaan di mana seseorang mengenal ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) dari bentuk dirinya sendiri dengan cara menyegarkan amaliyah dari waktu ke waktu, bersungguh-sungguh beribadah kepada-NYA, mengerjakan semua perintah-perintah-NYA yang dibuktikan dengan akhlaknya.
Hati mempunyai fungsi yang esensial, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibn Arabi dalam kitab Fu ṣūs Al-Hikām nya yang dikutip dari buku Ilmu Tasawuf karya Samsul Munir Amin menjelaskan:
“Kalbu dalam pandangan kaum sufi adalah tempat kedatangan kasyf dan ilhām. Ia pun berfungsi sebagai alat unuk makrifat dan menjadi cermin yang memantulkan (tajallī) makna-makna kegaiban.”
Kalbu yang dapat memperoleh makrifat adalah kalbu yang suci dari berbagai noda atau akhlak yang tercela. Imam Al-Ghazali menyebut penyucian kalbu dengan ta ṭhīr al-qalb , iaitu menyucikan kalbu dari akhlak tercela dan sifat-sifat bahā’imiyyah , sehingga yang menjadi pakaian kalbu adalah sifat-sifat malaikat.
Kalbu merupakan bahagian dari jiwa, sedangkan kesucian jiwa sangat mempengaruhi kecermelangan kalbu dalam menerima ilmu. Kalbu yang suci akan menembus alam malakut.
Menurut Imam Al-Ghazali ketika di alam inilah, kalbu yang suci mendapatkan ilmu pengetahuan tentang TUHAN yang datang melalui ilhām yang dibisikkan ke dalam hati manusia. Dengan demikian, kalbu berpotensi untuk berdialog dengan TUHAN sebagai alat untuk menyingkap pengetahuan yang gaib.
Hal ini mengisyaratkan bahwa makrifat tidak diperoleh oleh sembarang (sebarang) orang tetapi hanya dimiliki bagi orang-orang yang berupaya untuk memperolehnya.
Selain dengan qalb sebagai alat untuk mencapai makrifatullah, Imam Al-Ghazali juga menggunakan ẓauq (citra rasa batiniah yang sangat halus).
Imam Al-Ghazali untuk mencapai makrifatullah dengan dzauqnya ia melalui tahapan mujāhadah (untuk memerangi hawa nafsu dengan riyāḍah), dan merenungkan tentang ke-Esaan-NYA. Kemudian, sampailah pada tingkat musyāhadah atau penyaksian segala rahasia-rahasia-NYA.
Jalan yang ditempuh Imam Al-Ghazali untuk mencapai makrifatullah dijelaskan dalam Ihyā’ nya yaitu dengan mendahulukan mujāhadah (bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada ALLAH SWT), menyingkirkan sifat-sifat tercela yang ada pada dirinya, memutuskan segala hubungan dengan dunia, dan menghadapkan diri dengan penuh cita-cita kepada ALLAH SWT.
Apabila hal demikian itu berhasil, maka ALLAH SWT akan menyinari hati hamba-Nya dengan cahaya ilmu.

Baca dengan kefahaman supaya ada kesedaran (kesadaran) bahawa sudah sejauh mana dan sudah sampai di mana dirimu saat sekarang ini?
Supaya mahu untuk introspeksi (muhasabah), belajar, melakukannya, istiqamah sehingga tanpa henti, raih kemenangan dengan kemudahan dalam mengikuti dan mampu menerima bimbingan keBenaran di Jalan ALLAH dalam Tarekat dan Hakikat yang sudah dimiliki.
Hindari diri dari kufur, kesombongan apalagi menjadi fasik, nau'dzubillah min dzalik. Yang dimulai tanpa akhlak yang baik (mulia) dan tanpa adab, yang memaksa keadaan untuk mengikuti mahu dan hasratnya dia, bukan mengikuti keBenaran.
ALLAH SWT telah membuktikan dan menunjukkan contoh-contoh yang secara jelas dan nyata siapa-siapa mereka itu, untuk melenyapkan keraguan (kebimbangan) pada diri kita, ambil dan terima bahawa keBenaran itu ada dan menang (berjaya)!

Wallahu A'lam Bishawab.
Terimakasih.