TAUSIYAH :*Wali ALLAH*
Sahl bin Abdullah ketika ditanya oleh muridnya :
Bagaimanakah mengenal walitullah itu?
Jawabnya: ALLAH tidak memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau *kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka (yakni untuk mengenal dan mendekat kepada ALLAH)*.
Sebab apabila diobral (terlalu mudah untuk semua tahu) sehingga mudah dikenal orang, maka timbul kewajiban bagi siapa yang sudah mengenal para wali itu harus percaya dan tidak boleh menentang, mengingkari mereka, sebab menentang langsung berarti kekafiran, kerana itu rahmat kebijaksanaan ALLAH telah menetapkan para wali itu dengan hijab basyiriyah (kebiasaan manusia).
Dalam sebuah hadits qudsi ALLAH berfirman :
Para wali-KU dibawah naungan-KU, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika ALLAH memberikan taufiq hidayah-NYA. Supaya ia langsung juga mengenal kepada ALLAH dan kebesaran-NYA yang diberikan kepada seorang manusia yang dikehendaki-NYA.
Firman ALLAH Azza wa Jalla:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
”Barangsiapa memusuhi wali-KU, sungguh AKU mengumumkan perang kepadanya.”
عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
"Sesungguhnya ALLAH Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-KU, sungguh AKU mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-KU mendekat kepada-KU dengan sesuatu yang lebih AKU cintai daripada hal-hal yang AKU wajibkan kepadanya. hamba-KU tidak henti-hentinya mendekat kepada-KU dengan ibadah-ibadah sunnah hingga AKU mencintainya. Jika AKU telah mencintainya, AKU menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-KU, AKU pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-KU, AKU pasti melindunginya.’”
Tuan Guru Syeikh Muhammad Syahrum Alfan